Pages

Pages

Friday 2 August 2019

Menjadi GURU sang PEMAIN PERAN

Guru zaman now benar-benar dituntut harus serba bisa. Menjadi orang tua, menjadi sahabat, menjadi ustadz, menjadi administrator, bahkan menjadi satpam pun harus bisa dilakoni. Semakin banyak peran yang dimainkan, semakin banyak pula pengalaman sehingga bisa disimpulkan guru seperti kategori tersebut termasuk guru yang jenius, bersemangat tinggi, multitalenta, dan tidak egois. 

Mengapa dikatakan demikian? Bahwa situasi dan kondisi di lingkungan sekolah tiap pendidik berbeda satu sama lain. Ada yang di setiap lembaga saling melengkapi, ada di setiap lingkup pendidikan ditanggung oleh beberapa guru, bahkan ada pula yang hanya bertumpu pada satu individu guru. Maka dengan keadaan yang disebut terakhir itulah, keadaan benar-benar mengambil semua potensi maksimal kompetensi seorang guru. Tidak hanya potensi kompetensi intelegensinya tetapi juga kompetensi sosialnya hingga kompetensi ego kepribadiannya.

Bahwa dunia pendidikan kita pada umumnya dan lembaga pendidikan kita pada khususnya, masih belum bisa mengatasi ketimpangan dan ketidakadilan pembagian kerja yang faktual. Sangat diperlukan instrumen yang seharusnya bisa mendeteksi dimana guru yang banyak bekerja, dan dimana guru yang hanya memasrahkan pekerjaannya. Perlu reward dan punisment yang konkrit agar terjadi keadilan bagi guru atas tupoksinya. Perlunya penghargaan atas jerih payah seorang guru dan perlunya efek jera bagi guru yang sering berleha-leha. Karena pendidikan bukan lingkungan main-main tapi lingkungan yang menuntut tanggung jawab besar di masa depan kelak.

Pemerintah sendiri masih belum bisa membaca secara optimal permasalahan yang terjadi pada sebagian guru ini. Bahkan pemerintah malah sedikit banyak mempersempit originalitas keahlian sang guru. Seperti memberi tugas yang tumpang tindih menjadikan guru sebagai seorang profesional fungsional apa sebagai administrator struktural? Maka akan sangat disayangkan, apabila ada guru yang bisa melakukan banyak peran ini mengalami kelelahan kerja yang mengakibatkan penurunan motivasi diri menjadi guru. Sudah sewajarnya pemerintah harus bisa melihat dan mengatasi keadaan semacam ini dengan menata kembali pembagian tugas yang efektif dan efisien disertai instrumen yang mampu menilai pembagian tugas benar-benar terlaksana dan terealisai. Semua tidak lain dan tidak bukan agar pendidikan kita semakin terarah dan sesuai dengan cita-cita negara kita, Indonesia.

Lebih-lebih kepada sesama rekan guru, yang masih kebagian peran yang sedikit. Marilah sedikit berempati, terus belajarlah untuk membantu, terus berlatihlah untuk mempunyai sinergitas untuk saling berbagi peran. 

Ingat, di lembaga pendidikan kita bukan hanya sebagai atasan, bawahan, rekan kerja, atau hanya teman sekantor. Tapi mari kita catat bersama bahwa jika kita ingin bekerja dengan tenang, dengan nyaman, tanpa tekanan, dan tertib. Maka berusahalah untuk berbagi peran, yang saling melengkapi, saling berebut kebaikan sesama teman, dan saling mengerti serta memahami bahwa kita bekerja untuk memperoleh ketenangan lahir dan bathin. Mari kita kuasai semua kompetensi di dunia pendidikan, lalu kita pergunakan untuk kemandirian kita dan untuk membantu teman kita. Buanglah seluruh egosentris kita, tanamkan empati sebanyak-banyaknya agar mata hati kita bisa mudah melihat kesenangan dan kesulitan orang lain. 

Semoga bermanfaat dan terimakasih. Selamat berkarya guru Indonesia. 

No comments:

Post a Comment