Savana hotel and convention Malang, 14 Oktober 2019 mengajarkan penulis bahwa banyak sekali orang cerdas dengan berbagai karakter. Mempunyai keunikan masing-masing dan membawa prestasi sendiri-sendiri. Menunjukkan keragaman adalah sangat sunnatullah bagi kita makhluk sang kholiq.
Dari berbagai daerah, mereka manusia-manusia terpilih mewakili daerah asal masing-masing. Ada yang berlogat halus, berlogat khas, bahkan berlogat kasar seperti penulis, hihi... Yang tentunya sudah menjadi satu sifat yang melekat sebagai penanda bahwa itu lingkungan ku dan lingkungan mu.
Satu persamaan yang menyatukan kita di satu tempat mewah itu (ya mewah sekali dengan kesenjangan kehidupan di sekelilingnya). Persamaan itu adalah kebetulan Allah menganugerahi kita sedikit kecerdasan. Sedikit keberuntungan bahwa Allah mengijinkan kita untuk bisa menikmati nikmat di sisi yang lain.
Selama proses pencarian ilmu atau kalau dikenal di dunia kami, DIKLAT akronim pendidikan dan latihan ini, penulis sengaja untuk sering menjadi pengamat dari pada menjadi orang yang ekspresif. Atau memang si penulis ini memang kurang motivasi, kurang kompetensi, atau minder ya.. Xixixii..
Ya, sejak awal penulis memang ingin melihat, mendengar, dan merasakan mereka-mereka menceritakan keresahan-keresahan selama menjalani profesinya sebagai guru, juga menjelaskan prestasi-prestasinya, atau bahkan mengaktualisasikan dirinya sejauh mana. Dan hasilnya cukup beragam bagi penulis. Beragam sebagai cermin diri dan daya dorong diri.
Hasilnya terkadang tak sengaja orang yang di dekat kita, adalah orang yang paling banyak mengukir prestasi tapi tanpa ingin mendapat pengakuan. Tak jarang juga ada individualistis antar teman dengan mengedepankan intelektualnya masing-masing. Dan yang sering dijumpai banyak tokoh-tokoh yang ingin dilihat, ingin dihargai, atau ingin dicatat "ini loh saya bisa atau setara bahkan lebih dari mu".
But, it's fine.. Itu sunnatullah.. Itu lazim karena kita manusia. Dari sinilah penulis, bertambah lagi pengalaman, ilmu, sekaligus teman. Bahwa setiap event tertentu akan memperkaya diri kita dengan hal-hal yang tidak kita sadari. Intinya, penulis hanya ingin menyampaikan bahwa cerdas itu banyak dan beraneka ragam jenisnya.
Dan yang paling penting, orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak menahan. Menahan apa pun. Menahan ingin dipuji, menahan maksiat, menahan diri, dan menahan-menahan lainnya.
Dan yang paling penting, orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak menahan. Menahan apa pun. Menahan ingin dipuji, menahan maksiat, menahan diri, dan menahan-menahan lainnya.
وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِیَ ٱلۡمَأۡوَىٰ
Dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggal nya.
Dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggal nya.
[Surat An-Nazi'at 40 - 41]
Karena cerdas itu tak harus terlihat.
Karena yang tak terlihat itu sesungguhnya yang sering menahan dan menelaah.
Karena yang tak terlihat itu sesungguhnya yang sering menahan dan menelaah.
Selamat berkarya terus guru Indonesia..
Semangat terus belajar..
Mohon maaf atas "kemetuwekkan" ini.
Mohon maaf atas "kemetuwekkan" ini.
Dan terimakasih...
No comments:
Post a Comment